Minggu, 11 Agustus 2013

Awas! Ada Gangguan Jiwa yang Bisa Muncul Cuma Karena Minum Kopi

Jakarta, Sebagai negara penghasil kopi terbesar nomor 3 di dunia, Indonesia memiliki keragaman jenis kopi yang luar biasa. Tak heran jika warung kopi bisa dijumpai di pelosok nusantara, penikmatnya juga tak terkira jumlahnya. Tapi awas, ada gangguan mental yang bisa muncul karena kopi.


Dalam edisi terbarunya yang baru saja selesai direvisi, kitab panduan diagnosis gangguan mental Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) mencantumkan gangguan mental yang diakibatkan oleh konsumsi kopi, yaitu keracunan kafein atau caffeine intoxication.

Beberapa tanda dari gangguan ini yaitu gelisah, gugup, gembira, wajah memerah, gangguan pencernaan, otot berkedut, perkataan bertele-tele, sulit tidur, denyut jantung cepat dan tak teratur. Peminum kopi yang mengalami 5 gejala di atas atau lebih selama atau segera setelah mengkonsumsi kafein dapat didiagnosis dengan keracunan kafein.

Selain itu, untuk dapat memenuhi diagosis keracunan kafein, harus memenuhi kualifikasi bahwa gangguan tersebut menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi dan kemampuan sehari-hari. Apabila kebiasaan minum kopi dihentikan, akan memunculkan efek semacam gejala putus obat atau withdrawal.

"Gejala-gejala withdrawal akibat kafein bersifat sementara. Ini hanya respon alami untuk menghentikan kafein, dan akan hilang sendiri dalam waktu singkat," kata Robin Rosenberg, psikolog klinis yang terkenal lewat buku teksnya berjudul 'Abnormal Psychology' seperti dilansir Live Science, Rabu (29/5/2013).

Gejala withdrawal-nya berupa sakit kepala, kelelahan, sulit berkonsentrasi, rasa depresi dan masalah lainnya. Sebenarnya hal ini tidak mengejutkan karena kafein merupakan bahan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Beberapa pemakainya sering tidak menyadari sudah menjadi ketergantungan.

"Semakin lama, diagnosis keracunan kafein juga menjelaskan bahwa keadaan ini bersifat sementara. Saya tidak mengerti mengapa ini dimasukkan dalam DSM," imbuh Rosenberg.

Tapi menurut Alan Budney, psikolog klinis dan profesor psikiatri di University of Arkansas yang ikut bertugas membahas dan menyusun DSM-V mengenai gangguan penggunaan obat, alasan memasukkan keracunan kafein dalam diagnosis gangguan mental adalah karena pemakaian kafein di masyarakat semakin meningkat.

"Jadi ada perhatian untuk mempertimbangkan topik ini dengan serius, meskipun mungkin ini adalah salah satu isu kontroversial yang dihadapi oleh kelompok kerja kami. Kafein dapat mempengaruhi proses tidur seseorang, pekerjaan dan aspek lain dari hidupnya," kata Budney.

Kafein umumnya digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kinerja. Stimulan pahit ini akan membangkitkan sistem saraf pusat, membuat peminumnya terjaga, waspada dan energik. Kafein dapat ditemukan dalam kopi, teh dan coklat, juga ditambahkan ke dalam obat sakit kepala, minuman penambah energi, minuman beralkohol, bahkan air.

Walau demikian, beberapa penelitian sudah menelisik manfaat kopi, yaitu menurunkan risiko beberapa kanker. Namun bahan aktif di dalamnya, kafein, juga dapat membahayakan. Dalam kasus yang jarang terjadi, kafein yang dikonsumsi dengan dosis cukup tinggi dapat menyebabkan kematian.

0 komentar:

Posting Komentar