Jumat, 31 Mei 2013



Jakarta, Anemia sering diumpai pada anak-anak. Pada orang dewasa, perempuan lebih rentan mengalaminya dibanding laki-laki. Banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari menstruasi hingga budaya patriarki yang masih dinut sebagian kalangan.

"Memang antara pria dan wanita lebih sering wanita yang terkena anemia. Hal ini disebabkan karena wanita setiap bulan mengalami mestruasi," kata Dr Santoso Karo Karo, SpJP(K),MPH, dokter jantung dari RS Mitra Kemayoran kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (29/5/2013).

Setiap bulan, perempuan memang mengalami menstruasi dan kondisi itu membuatnya kehilangan banyak darah. Normalnya darah yang hilang akan segera tergantikan, namun terkadang darah yang keluar terlalu banyak sehingga lebih sulit kembali ke kondisi normal.

Faktor lain yang menurut Dr Santoso turut mempengaruhi risiko anemia pada perempuan adalah budaya patriarki yang mengagungkan kekuasaan laki-laki. Dalam budaya seperti ini, kebutuhan nutrisi perempuan kurang mendapat prioritas karena harus melayani laki-laki.

"Ada studi di kampung-kampung yang pernah mengatakan wanita itu lebih pasrah jadi gizi atau makanan itu diutamakan lebih untuk suaminya, jadi istri sisanya saja," kata dokter yang pernah menjabat Ketua Yayasan PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) tersebut.

Ada pula faktor lain yang membuat perempuan lebih rentan anemia, yakni kebutuhan dandan yang berlebihan. Menurut Dr Santoso, perempuan muda kadang lebih mementingkan belanja kosmetik sehingga mengurangi anggaran untuk membeli makanan bergizi.

Cara mengatasi anemia pada perempuan tidak berbeda dengan anak-anak. Harus diketahui dulu apa penyebab sesungguhnya, lalu diatasi penyebabnya. Suplemen tambah darah maupun zat besi bisa diberikan sambil mengatasi penyebab anemia yang sesungguhnya.

sumber:detikhealth

0 komentar:

Posting Komentar